ama aslinya adalah Kawasaki KZ-200, tapi di Indonesia lebih terkenal dengan sebutan Binter Merzy. Hal ini tak lepas dari nama sebuah distributor tunggal pemegang merek yang mengimportnya dari Jepang dengan nama PT. Bintang Terang Indonesia…menurut berita yang beredar perusahaan ini dulunya adalah milik buronan kelas kakap Indonesia yaitu Eddy Tansil.
Pertama kali didatangkan ke Indonesia secara CBU pada tahun 1980. Dinegara asalnya Jepang sana, motor ini tidak mendapat perhatian serius dari konsumen dalam negeri, tapi berbeda dengan disini (Indonesia), motor dengan basis touring cruiser sejati ini malahan mendapat sambutan yang antusias oleh para penggemarnya. Kemungkinan hal ini terjadi, pada masa itu belum ada motor batangan lokal yang mempunyai kubikasi sebesar 200cc. Bisa dibilang Kawak Binter Merzy adalah pelopor motor laki yang berkubikasi besar dikelasnya. Karena besarnya permintaan pasar lokal, sampai pada tahun 1985′an pernah tersebar berita bahwa Binter akan mengimport Kawasaki KZ-250 double silinder ke Indonesia, tapi hal tersebut batal dikaranekan adanya regulasi pembatasan sepeda motor lokal untuk kapasitas mesin tidak boleh lebih dari 200cc oleh pemerintah kita kala itu, dengan alasan keselatan pengendaranya dijalan…hmmm masuk akalkah alasannya???
Peredaran Kawasaki KZ-200 dijalanan Indonesia boleh dibilang relatif singkat, yakni kisaran 6 tahun saja. Pertama keluar tahun 1980, berakhir pada tahun 1986′an. Hal ini ditengarai karena adanya masalah internal keuangan yang ada dipihak PT. Bintang Terang itu sendiri. Mau tidak mau semua produksi motor dari ATPM tersebut dihentikan peredarannya dari jalanan Indonesia. Sungguh disayangkan…
Selama masa edar diatas, KZ-200 mengalami 4 kali perubahan design teknologi dan body secara minor, barangkali hal ini dilakukan untuk mengejar efek tak jenuh bagi calon konsumennya.
Pada tahun 1980 s/d 1981 akhir, Binter Merzy pertama kali keluar dengan mengandalkan pengapian platina, model tangki mempunyai lekuk sedikit membulat, lampu depan bulat, lampu belakang kotak sedikit berlekuk membulat, pada dasbor speedo tidak ada indikator fuel meter dan berspion bulat.
Pada tahun 1982, hampir masih sama dengan model tahun 81, tapi pembedanya hanya pada lampu depan yang sudah menggunakan model kotak.
Pada tahun 1983, Binter Merzy melakukan sedikit facelift pada bagian lampu sein depan belakang dengan mengambil bentuk kotak, design tangki sudah meninggalkan kesan membulat alias kotak dan sudah menerapkan pengapian CDI.
Pada tahun 1984 awal s/d 1985′an, akhirnya KZ-200 Binter Merzy ini, melengkapi mesinnnya dengan engine balancer, lampu utama depan belakang sudah kotak, lampu sein depan belakang kotak juga, pada dasbor speedo meter sudah ada panel indikator fuel meter, kedua spion berbentuk kotak dan model tangkinya, kata para penggemarnya berbentuk seperti kepala ular kobra, yang sampai sekarang untuk Binter Merzy keluaran terakhir ini disebut sebagai Merzy Kobra.
Adapun spesifikasi dari KZ-200, diluar pengapiannya ada yang menggunakan platina maupun CDI, adalah sebagai berikut: mesin menggunakan teknologi 4 langkah berkubikasi 198cc SOHC berpendingin udara, Bore x Stroke adalah 66 x 58mm, Rasio kompresi 9.0:1, Torsi 16.8nm pada 7.000rpm, Berkarburasi Keihin 26-PW, Bertransmisi 5 percepatan, menggunakan roda depan berdiameter 18″-275 berpenghenti laju disk brake, sedangkan belakang 17″-350 berpenghenti laju tromol, dan total berat keseluruhan motor ini adalah 136kg. Kecepatan maksimal yang bisa diraihnya adalaha 120kph dengan kondisi standar pabrikan.
Last….itulah sedikit ringkasan cerita dari saya pribadi tentang perjalanan Kawasaki Binter Merzy di Indonesia. Bagi kebanyakan orang awam mungkin motor ini banyak yang tidak tahu bahkan terlupakan, tapi bagi para pecintanya, KZ-200 adalah sosok motor legenda yang harus dijaga keberadaannya dari ancaman kepunahan, dengan segala keterbatasan onderdil suku cadang asli…mereka para Merzy Lovers masih tetap setia untuk tetap merawat dan melestarikan motor ini, walaupun kanibal spare part adalah opsi terakhirnya.
thn 80 pertama saya punya motor, walau beli bekas (3 bulan dipakai pemilik asal) tapi terselip rasa bangga memiliki motor dgn kapasitas besar (utk masa itu)
BalasHapusbinter merzy saya tidak pernah cerewet, hingga di akhir thn 1993 terpaksa harus saya jual krn butuh uang..
sekarang saya pingin punya motor jenis ini lg.. jika ada tolong balas komen saya